PARTAI KOMUNIS INDONESIA, DIDIRIKAN BELANDA DIKUBUR PEMERINTAH INDONESIA
PKI (Partai Komunis Indonesia) memiliki
sejarah panjang di Indonesia. Mengutip jurnal Sejarah Lontar (2008) bertajuk
“Kehancuran Golongan Komunis di Indonesia”, adanya PKI tak bisa dilepaskan dari
awal mula kemunculan ideologi komunis di Indonesia.
Josephus Fransiscus Marie Sneevliet
adalah orang pertama yang menyebarkan paham komunis di Indonesia. Pria asal
Belanda yang juga seorang intelektual Marxis ini menduduki posisi sebagai
anggota persatuan buruh kereta api dan trem di Belanda pada tahun 1909. Ia pindah
ke Hindia-Belanda pada tahun 1913 dan berhasil menghimpun buruh kereta api dan
trem.
Sneevliet kemudian mendirikan Indische
Sociaal Democratische Partij (ISDV) pada tahun 1914. Partai ini dijadikan
kendaraan bagi Sneevliet untuk bisa mempengaruhi para kader SI atau Sarekat
Islam di Semarang. Ujungnya, SI mengalami perpecahan dan terbagi atas dua
kelompok, yakni SI Merah dan SI Putih.
Pemerintah Belanda mengusir paksa
Sneevliet pada tahun 1918. Usai kepergiannya, komunis tidak serta merta lenyap
dari Bumi Pertiwi. Semaun dan Dharsono merupakan dua kader terbaik ISDV yang
kemudian menggantikan posisi Sneevliet. Partai tersebut berubah nama menjadi
Perserikatan Komunis Hindia Timur, lalu berganti lagi menjadi Partai Komunis
Indonesian (PKI).
Usai peristiwa pemberontakan pertamanya
di tahun 1927, PKI menjadi partai terlarang di Indonesia. Namun, partai ini
kembali bangkit setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Apalagi, ketika
pemerintah menerapkan pola multipartai pada Oktober 1945, di mana partai politik
diizinkan berdiri berdasarkan dengan ideologinya masing-masing.
Pada tahun 1945, PKI lebih fokus pada
kuasa dan pemerintahan. Setelah itu, PKI kembali melakukan pemberontakan pada
tahun 1948 di Madiun. Dalam peristiwa tersebut, PKI mengumumkan terbentuknya
Republik Soviet Indonesia pada September 1948.
Pemberontakan yang menewaskan
tokoh-tokoh agama dan masyarakat itu tidak berlangsung lama, lantaran Madiun
kembali dikuasai TNI hanya 12 hari pasca pemberontakan. Salah satu petinggi
PKI, Muso, tewas ditembak oleh TNI. Jasadnya dipertontonkan kepada masyarakat
lalu dibakar.
Meskipun PKI sudah melakukan
pemberontakan yang cukup mematikan, partai tersebut tidak langsung dilarang
oleh pemerintah. Di bawah kepemimpinan DN Aidit, PKI menjadi partai besar yang
mampu menjaring perhatian masyarakat dalam pemilu tahun 1955.
PKI bahkan masuk dalam 5 partai terbesar
di Indonesia kala itu. Beberapa tokoh PKI, seperti Aidit dan Njoto, lalu
didapuk menjadi menteri untuk membantu pemerintahan Soekarno di tahun 1965.
Pada masa inilah, pengaruh PKI cukup kuat di bidang politik.
Namun, peristiwa berdarah yang terjadi
pada 30 September 1965 membuyarkan kekuatan politik PKI. Terbunuhnya 6 Jenderal
di Lubang Buaya menjadi awal dari kehancuran partai ini. PKI dituduh mendalangi
penculikan dan pembunuhan para jenderal Pahlawan Revolusi ini.
Bersamaan dengan itu, pergantian
kekuasaan terjadi. Simpatisan dan pentolan PKI diburu. Jenderal Soeharto yang
naik ke tampuk kekuasaan mengeluarkan Keputusan Presiden/Pangti Abri/Mandataris
MPRS tanggal 12 Maret 1966 No.1/3/tahun 1966, tentang pembubaran PKI.
Komentar
Posting Komentar